EFEKTIVITAS LAMA WAKTU PENGAYAAN NAUPLII Artemia salina MENGGUNAKAN GELATIN SISIK IKAN MAS (Cyprinus carpio) TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN GARING (Tor tambroides)

Penelitian ini dilakukan selama 30 hari dari bulan Mei hingga Juni 2025 di Laboratarium Fakultas Perikanan Universitas Bung Hatta, Padang, Sumatera Barat. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh lama waktu pengayaan nauplii artemia salina menggunkana gelatin sisik ikan mas (Cyprinus carpio) terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan larva ikan garing. Parameter yang dianalisis meliputi kelangsungan hidup, pertumbuhan Panjang mutlak, pertumbuhan berat mutlak, laju pertumbuhan spesifik, faktor kondisi relatif, koevesien variasi berat dan panjang. Ikan uji yang digunakan dalam penelitian ini Adalah larva ikan garing (Tor tambroides), dengan berat 8 mg dan panjang 11 mm dengan jumlah total 480 ekor. Wadah yang digunakan adalah aquarium dengan ukuran 40 x 25 x 15 cm. aquarium diisi 8 L air dan larva yang digunaan 40 ekor untuk satu aquarium. Pengamatan kelangsungan hidup dan pertumbuhan dilakukan di akhir penelitian. Pemberian pakan dilakukan 2 kali sehari (jam 10.00 dan 18.00 WIB) sebanyak 1 ml artemia (1300 individu). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode experiment dengan metode rancangan acak lengkap (RAL), yang terdiri dari 4 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan A: nauplii artemia tanpa pengayaan (Kontrol). B: Nauplii artemia yang di perkaya dengan gelatin sisik ikan mas menggunakan dosis 0,2 g/ 100 ml air laut dan direndam selama 4 jam. C: Nauplii artemia yang di perkaya dengan gelatin sisik ikan mas menggunakan dosis 0,2 g/ 100 ml air laut dan direndam selama 8 jam. D Nauplii artemia yang di perkaya dengan gelatin sisik ikan mas menggunakan dosis 0,2 g/ 100 ml air laut dan direndam selama 12 jam. Data dianalisis menggunakan One-way ANOVA dan dilanjutkan uji Duncan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian pakan alami nauplii artemia yang di perkaya dengan gelatin sisik ikan mas dengan lama waktu yang berbeda mendaptkan hasil: tingkat kelangsungan hidup terbaik pada perlakuan B (88±1,44), perlakuan C (83±2,50), perlakuan A (78±1,44), terendah perlakuan D (75±2,50). Pertumbuhan panjang mutlak terbaik perlakuan perlakuan D (3,63±0,06), perlakuan C (3,17±0,15), perlakuan B (3,17±0,15) terendah perlakuan A (2,33±0,21), pertumbuhan berat mutlak terbaik perlakuan D (10,57±015), perlakuan C (9,57±0,15), perlakuan B (9,30±0,10) terendah perlakuan A (8,30±0,26). Laju pertumbuhan spesifik terbaik perlakuan D (2,81±0,03), perlakuan C (2,62±0,03), perlakuan B (2,57±0,02) terendah perlakuan A (2,37±0,05). Faktor kondisi relatif terbaik perlakuan A (0,69±0,03), perlakuan B (0,61±0,02), perlakuan C (0,60±0,02) terendah perlakuan D (0,59±0,01). Koefesien variasi Panjang terbaik perlakuan C (6,72±1,76), perlakuan D (12,06±2,17), perlakuan B (7,86±0,91) terendah A (9,54±0,48). Koefesin variasi berat terbaik perlakuan C (11,50±2,13), perlakuan A (11,88±0,08) perlakuan B (7,86±0,91) dan terendah perlakuan D (7,61±1,84).