PEMBERIAN PAKAN ALAMI NAUPLI Artemia Salina YANG DIPERKAYA DENGAN GELATIN SISIK IKAN MAS (Cyprinus Carpio) DOSIS BERBEDA TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN GARING (Tor Tambroides)

Penelitian ini menganalisis efek pemberian pakan alami nauplii Artemia salina yang dikayakan dengan gelatin sisik ikan mas (Cyprinus carpio) dosis berbeda (100 mg, 200 mg, dan 300 mg/100 ml air laut) terhadap Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan larva ikan garing (Tor tambroides) selama 30 hari di Laboratorium Terpadu Fakultas Universitas Bung Hatta. Menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan 3 ulangan. Larva (panjang 10 mm dan berat 8 mg) dipelihara pada kepadatan 40 ekor/aquarium (40 x 20 x 20 cm) dan diberi pakan alami nauplii Artemia salina yang telah dikayakan menggunakan gelatin selama 12 jam secara Ad-libitum sebanyak 3 kali sehari (09.00, 16.00, 22.00 WIB). Parameter yang di analisis meliputi Kelangsungan Hidup, Pertumbuhan Berat Mutlak, Pertumbuhan Panjang Mutlak, Laju Pertumbuhan Spesifik Berat, Koefisien Variasi Berat, Koefisien Variasi Panjang, Faktor Kondisi, dan Koefisien Pertumbuhan Suhu. Selain itu, kualitas air yang terdiri (suhu, pH, DO, amonia) dipantau secara berkala. Data dianalisis menggunakan uji normalitas dan homogenitas varian, kemudian dilanjutakan dengan analisis ragam ANOVA dan uji Duncan pada tingkat signifikan α=0,05 melalui Aplikasi SPSS versi 27.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil pengaruh pengkayaan nauplii Artemia salina menggunakan gelatin sisik ikan mas (Cyprinus carpio) dosis berbeda terhadap pertumbuhan larva ikan garing (Tor tambroides) menunjukan hasil terbaik terdapat pada Perlakuan B (100 mg) lalu yang terburuk terdapat pada Perlakuan D (300 mg). Hasil data parameter yang di peroleh yaitu : Kelangsungan Hidup; terbaik pada Perlakuan B (80,00±4,3 %) dan terendah pada Perlakuan D (67,5±6,6 %), Pertumbuhan Berat Mutlak; terbaik pada Perlakuan B (10,98±0,18 mg) dan terendah pada Perlakuan D (8,52±0,10 mg), Pertumbuhan Panjang Mutlak; terbaik pada Perlakuan B (1,88±0,16 mm) dan terendah pada Perlakuan D (1,53±0,10 mm), Laju Pertumbuhan Spesifik Berat; terbaik pada Perlakuan B (2,71±0,02 %/hari) dan terendah pada Perlakuan D (2,41±0,02 %/hari), Koefisien Variasi Berat; terbaik pada Perlakuan B (17,35±1,97 %) dan terendah pada Perlakuan D (26,82±5,04 %), Koefisien Variasi Panjang; terbaik pada Perlakuan B (5,48±1,28 %) dan terendah pada Perlakuan D (7,99±2,01 %), Faktor Kondisi; terbaik pada Perlakuan B (0,89±0,03 %) dan terendah pada Perlakuan D (0,84±0,02 %), dan Koefisien Pertumbuhan Suhu; terbaik pada Perlakuan B (0,080±0,001 %) dan terendah pada Perlakuan D (0,066±0,001 %).